Resensi Novel Tere Liye “Ayahku [Bukan] Pembohong”

• Judul Buku: Ayahku Bukan Pembohong

• Penulis Buku: Tere Liye

• Penerbit Buku: Gramedia Pustaka Utama

• Cetakan: keduapuluh delapan(28) November 2020

• Tebal Buku: 304 halaman

• ISBN: 9786020331584

Pada buku dari Tere Liye yang berjudul “Ayahku Bukan Pembohong” ini menjelaskan mengenai peran

seorang ayah yang mendidik anaknya dengan dongeng-dongeng kesederhanaan dalam hidup. Sama

seperti seorang ayah pada umumnya, ayah akan selalu ingin menjadikan anaknya menjadi seseorang

yang hebat di masa depan.

Sinopsis buku

Kapan terakhir kali kita memeluk ayah kita? Menatap wajahnya, lantas bilang kita sungguh sayang

padanya? Kapan terakhir kali kita bercakap ringan, tertawa gelak, bercengkerama, lantas menyentuh

lembut tangannya, bilang kita sungguh bangga padanya?

Inilah kisah tentang seorang anak yang dibesarkan dengan dongeng-dongeng kesederhanaan hidup.

Kesederhanaan yang justru membuat ia membenci ayahnya sendiri. Inilah kisah tentang hakikat

kebahagiaan sejati. Jika kalian tidak menemukan rumus itu di novel ini, tidak ada lagi cara terbaik untuk

menjelaskannya.

Mulailah membaca novel ini dengan hati lapang, dan saat tiba di halaman terakhir, berlarilah secepat

mungkin menemui ayah kita, sebelum semuanya terlambat, dan kita tidak pernah sempat

mengatakannya.

Resensi

Novel Ayahku Bukan Pembohong karya Tere Liye menceritakan tentang seorang anak yang bernama

Dam, sejak kecil dibesarkan dengan segala cerita hebat dari masa muda ayahnya. Cerita petualangan

yang menarik dan memiliki nilai moral yang terdengar seperti dongeng, membuat Dam tumbuh dalam

sikap kesederhanaan. Saat kecil Dam masih mempercayai cerita-cerita yang diceritakan ayahnya, seiring

berjalannya waktu saat Dam sudah dewasa dan mempunyai anak, ia mulai meragukan cerita-cerita

ayahnya dan menganggap ayahnya seorang pembohong. Dam memisahkan kedua anaknya yang

bernama Zas dan Qom dari kakeknya, karena Dam tidak ingin anaknya merasa dibohongi oleh cerita-

cerita ayahnya. Hingga ayahnya meninggal Dam masih belum mempercayai semua cerita ayahnya,

namun saat pemakaman ayahnya semua tokoh yang pernah diceritakan ayahnya datang untuk melayat

teman terbaik mereka. Dam menyesal karena sudah menganggap ayahnya seorang pembohong dan

tidak mempercayai hingga akhir hayat ayahnya.

Banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari novel ini, seperti kita harus memiliki sifat sederhana, kita

juga harus menjadi anak yang berbakti, penurut, dan mempercayai perkataan orang tua.

Isi novel ini sangat menarik untuk dibaca, kalimat-kalimat dalam Novel ini sangat unik dan tidak

membosankan. Alur maju-mundur di novel ini tidak membingungkan. Latar-latarnya tergambar dengan

jelas. Banyak nilai moral yang terkandung dalam buku ini sehingga para pembaca mudah untuk

mengambil pesan yang dikandung didalam novel. Ceritanya sangat memotivasi para pembaca.

Kekurangannya dalam novel ini menggunakan sudut pandang orang pertama, sudut pandang cerita

hanya tokoh Dam saja sehingga para pembaca tidak mengetahui seperti apa sudut pandang tokoh lain.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *